WILUJENG SUMPING DI BLOG DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT

20110927

h. Kebudayaan

Kebudayaan yang ada di desa Talagasari merupakan modal dasar pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan pariwisata budaya yang dijiwai oleh mayoritas keluhuran Nilai Agama Islam. Salah satu aspek yang ditangani dan terus dilestarikan secara berkelanjutan adalah pembinaan berbagai kelompok kesenian.

Pemerintah terus membina kelompok dan organisasi kesenia yang ada, walaupun dengan keterbatasan dana yang dialokasikan, namun semangat para pewaris kebudayaan di desa Talagasari terus berusaha menjaga, merawat, serta memeliharanya agar budaya dan kelompok kesenian tersebut terus terpelihara.
Beberapa kelompok kesenian yang ada di Desa Talagasari yang masih eksis dan terawat walaupun kondisinya sangat memprihatinkan diataranya dapat dilihat dilihat pada tabel 14 dibawah ini.

Tabel : 14
Data Kelompok Budaya dan Kesenian
Di Desa Talagasari Tahun 2010
No
Jenis Kelompok Kesenian yang ada
Jumlah Group
Status
1
Seni Calung
1
Pasif
2
Hadrok (Marawis) / Khasidah
4
Aktif
3
Upacara Adat
1
Aktif
4
Reog
1
Pasif
5
Pencaksilat
1
Aktif
6
Drum Band
1
Aktif
6
Orgen Tunggal
2
Aktif
7
Degung
1
Pasif
JUMLAH


Sumber : Data Desa Talagasari 

Keterangan :
-      Aktif = Masih sering melakukan latihan rutin
-      Pasif = Melakukan Latihan, kalau mau ada pentas saja


Di bidang pariwisata, Desa Talagasari terus berkembang terutama wisata kuliner dan menjadi tempat kunjungan para Wisatawan antar kabupaten, diantara wisata kuliner : RM Strobery, RM BBC, RM Mergo Sari, RM Sela Gedang , RM Bebek Keraton, RM Sate Kambing.       Namun dengan demikian lokasi Wisata tersebut belum ada kontribusi financial untuk KAS Desa. 

Disamping itu pula, masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa Talagasari yang dulu sempat ada dan sekarang menjadi tenggelam, dan hal ini perlu dikembalikan pada beberapa tahun mendatang, sehingga anak cucu di Desa Talagasari akan teringat kembali akan semua peninggalan budaya nenek moyangnya, yang mana kondisi akhir-akhir ini (anak generasi/ kelahiran 70’an sampai dengan sekarang) sudah banyak kehilangan dan sudah tidak mengenal lagi budaya karuhunnya.